Moazzam Malik, Dubes
Inggris untuk RI yang merupakan seorang muslim
Moazzam Malik, warga
negara inggris yang menggantikan Mark Channing sebagai duta besar inggris untuk
Republik Indonesia yang ternyata adlah seoarang muslim. Malik merupakan dubes
Inggris untuk RI pertama yang beragama islam. Bukan karena agamanya yang islam
Malik ditugasakan di Indonesia melainkan kemampuan dan profesionalitasnyalah
yang membawanya untuk bekerja di Indonesia. Bukan hanya seorang muslim.
Sebelum menjadi Duta
Besar, Malik sempat menjabat Dirjen Sementara di Departemen untuk Pembangunan
Internasional Inggris, mengawasi kerjasama Inggris di Timur Tengah dan Asia
Barat. Sebelum pindah ke Jakarta, Malik sempat duduk di Badan Penasihat untuk
UK All Party Parliamentary Group bidang Konflik dan anggota Kelompok Penasihat
di Sekjen PBB untuk Pendanaan Darurat serta sempat bekerja untuk LSM dalam
menghapus tenaga kerja anak di industri karpet Asia Selatan.
Terakhir, Moazzam menjabat
sebagai Direktur Jenderal DFID untuk wilayah Asia Barat dan Timur Tengah. Saat
itu, dia bekerja secara erat dengan Pemerintah Inggris dan mitra internasional,
termasuk PBB, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Dana Moneter Internasional
(IMF).
Malik juga terlibat
langsung dalam menangani situasi tanggap darurat paska bencana Tsunami 2004 dan
badai topan yang melanda Myanmar tahun 2008 silam ketika menjabat sebagai
Direktur Divisi Konflik dan Penanganan Isu Kemanusiaan DFID. Dia juga pernah
menjabat sebagai Kepala Sekretaris Pribadi untuk dua Menteri, termasuk saat
Pertemuan Tingkat Tinggi G8 Gleangles tahun 2005.
Kecintaanya dengan
Indonesia tidak hanya terbatas karena jabatannya sekarang yang berada di Indonesia,
tetapi di buktikan dengan kefasihannya berbahasa Indonesia. Malik belajar
Bahasa Indonesia selama 6 bulan sebelum beliau di pindah tugaskan menjabat
menjadi diplomat di Indonesia ini.
Malik juga berharap
dapat mengembangkan hubungan kedua negara yang telah dibangun dengan baik
selama ini. Selain itu, dia juga berharap Indonesia dan ASEAN dapat membangun
kemakmuran dan meningkatkan stabilitas politik. “Serta menangani tantangan
global bagi kepentingan wilayah Asia Tenggara dan Inggris,” kata pria yang juga
pernah menjabat sebagai akademisi dan konsultan di sektor swasta nonprofit.(riautrust/viva)